KARAWANG, Karawangchannel.com - SMPN 1 Karawang Barat kritisi kurikulum Merdeka Belajar yang sudah diterapkan selama 5 tahun yang lalu. Menurut Wakasek Bidang Kurikulum, Five Sri Handayani, kurikulum Merdeka Belajar ini bak dua sisi mata koin.
Pasalnya, dari berbagai kelebihan yang diberikan pada Kurikulum Merdeka Belajar ini, ada sisi negatif yang cukup berdampak pada siswa.
“Kurikulum ini memiliki konsep yang baik. Tantangannya ada pada bagaimana sekolah menerapkannya secara efektif,” katanya.
Permasalahan yang ada dalam kurikulum ini, kata Five, cukup kompleks dan terasa pada siswanya. Bahkan, Lanjutnya,ada satu kasus siswa yang tidak bisa membaca, tanpa catatan yang jelas dari sekolah sebelumnya.
“Dia mendaftar melalui jalur KETM, bukan jalur kebutuhan khusus,” jelasnya pada Jumat, (18/10/2024).
Moral Siswa: Tiga Elemen Kunci
Bukan hanya menyoroti terkait permasalahan calistung yang kurang dipahami oleh siswa. Dalam survei terbarunya, terungkap bahwa moral siswa mengalami kemunduran. Menurut Five, ini bukan hanya tanggung jawab sekolah.
“Ada tiga elemen penting: orang tua sebagai garda terdepan, masyarakat, dan guru,” tegasnya.
Ia percaya bahwa kolaborasi antara ketiga elemen ini sangat penting untuk mengatasi kemunduran moral siswa.
Selain itu, Untuk menangani siswa tersebut, SMPN 1 Karawang Barat memiliki pendekatan khusus.
“Kami menawarkan pembelajaran tambahan membaca setelah sekolah dan melakukan pendekatan individu untuk membantu siswa tersebut,” ungkap Five.
Harapan untuk Masa Depan Pendidikan
Five juga mengungkapkan harapannya untuk dunia pendidikan di Indonesia, terutama di Karawang. Dikatakannya, tugas tenaga pendidik bukan hanya sekedar mengajar saja. Melainkan untuk memastikan generasi berikutnya harus lebih baik dari generasi sebelumnya.
Dan hal itu, kata Five, butuh diperhatikan dan disertai dengan aturan yang mendukung kinerja tenaga pendidik.
Dengan pemahaman dan kolaborasi yang baik antara semua pihak, diharapkan tantangan dalam dunia pendidikan dapat diatasi demi masa depan yang lebih baik.
"Beban guru saat ini sangat berat. Kami mengajar dari Senin hingga Jumat, dan juga harus menyelesaikan administrasi dan mengembangkan diri. Semoga beban mengajar kami bisa sedikit dikurangi,” pungkasnya. (Glr/Red)