KARAWANG, Karawangchannel.com – SMAN 1 Telukjambe terus melakukan terobosan untuk mencetak generasi Indonesia Emas 2045.
Upaya ini diwujudkan melalui peningkatan kualitas guru, pengembangan karakter siswa, serta pembinaan prestasi lewat kegiatan ekstrakurikuler.
Wakil Kepala Sekolah Bidang Kesiswaan, Cepi Indra Grahana, memaparkan strategi utama sekolah. Salah satunya adalah peningkatan kualitas sumber daya manusia (SDM) guru melalui pelatihan dan Kelompok Belajar (Kombel) guru.
“Kami fokus meningkatkan kompetensi guru, karena jika guru berkualitas, otomatis kualitas siswa juga akan meningkat,” ujar Cepi pada Jumat (6/12/2024).
Cepi menambahkan, para siswa berprestasi diberikan ruang untuk berkembang melalui kegiatan ekstrakurikuler dan intrakurikuler.
“Dengan pembinaan yang baik, siswa-siswi berprestasi dapat terwadahi, baik dalam bidang akademik maupun non-akademik,” imbuhnya.
Tidak hanya meningkatkan kemampuan akademik, SMAN 1 Telukjambe juga berupaya membangun adab dan karakter siswa. Salah satu program unggulan adalah kegiatan “Sambut Siswa,” di mana setiap pagi sebelum kegiatan belajar-mengajar dimulai, para siswa disambut dengan bersalaman oleh seluruh guru.
“Kami ingin menanamkan nilai sopan santun kepada siswa. Kegiatan ini juga membuat mereka lebih dekat dengan para guru,” jelas Cepi.
Peningkatan akhlak dan keimanan juga menjadi perhatian sekolah. Setiap Jumat, siswa muslim mengikuti salat Jumat berjamaah, sedangkan siswi muslimah mengikuti kegiatan keputrian. Bagi siswa non-muslim, pihak sekolah menghadirkan pemuka agama untuk membimbing sesuai keyakinan masing-masing.
“Kami ingin membentuk siswa yang tidak hanya cerdas, tetapi juga berakhlak mulia,” tegas Cepi.
Cepi menekankan pentingnya kerja sama antara sekolah dan orang tua. Untuk itu, SMAN 1 Telukjambe rutin mengadakan Parenting Day setiap semester.
“Kolaborasi dengan orang tua sangat penting. Melalui Parenting Day, kami memastikan komunikasi antara sekolah dan orang tua berjalan baik,” ujarnya.
Cepi berharap Kementerian Pendidikan memberikan ruang lebih luas bagi guru untuk berinovasi dalam mengajar.
“Kondisi di lapangan sering berbeda dengan teori. Jika guru diberikan kebebasan yang lebih fleksibel, konsep Merdeka Belajar bisa terealisasi sepenuhnya,” pungkas Cepi. (Glr/Red)